LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR
PERKEMBANGAN HEWAN
“PERKEMBANGAN EMBRIO
AYAM”
Disusun Oleh:
Nama : khoiriyah
Nim : 17102110008
Kelompok : satu (1)
Tanggal
Praktikum : 28 Desember 2018
Tanggal
Penyerahan : 4 Januari 2018
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
BAB l
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Untuk mempelajari tahap pembentukan organ pada
berbagai umur embrio ayam
1.2 Dasar Teori
Pola dasar perkembangan eves sama dengan
embrio katak yaitu melalui tahap pembelahan blastula, gastrula, neurula dan
organogenesis. Pembelahan aves merupakan pembelahan meroblastic artinya
pembelahan hanya berlangsung dikeping lembaga saja. Dari hasil pembelahan
diperolah blastoderm sebanyak 3-4 lapis sel. Blastula ayam memiliki epiblas,
hipoblast dan blastosol. Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area
pelucida, bagian tepi yang lebih gelap disebut area opaca. Hipoblast merupakan
bakal lapisan ekstra embrio.
Gastrula aayam ditandai dengan adanyaa
penebalan di daerah posterior blastoderm diarea pelusida. Penebalan ini
kemudian memanjang kearah anterior
sehingga membentuk parit dengan pematangan dsebut daerah primitive (primitive
streak). Gastrula ayam ini memiliki epiblast, hipoblast dan rongga archenteron.
Tahap neurula ayam
mirip dengan embrio katak yaitu melalui taahap keping neural dan bumbung
neural. Organogenesis merupakan proses lanjut setelah terbentuk neurula.
Organogenesis dapat diamati pada embrio ayam dengan umur yang berbeda.
Embrio ayam umur 24 jam
tampak lipatan neuran dan parit neural. Porta usus depan mulai terbentuk. Terdapat juga bakal pembuluh
darah yaitu pulau-pulau darah yang merupakan penebalan mesoderm splanknik diarea
opaca.
Pada
embrio umur 33 jam bumbung neural telah terbagi menjadi 3 wilayah yaitu
prosensefalon, mesensefalon dan rombensefalon. Pada bagian anteriornya masih
terdapat neoroporus sedangkan didaerah posteriornya terdapat diwilayah terbuka
disebut sinus rombiodales . di daerah prosensefalon ada penonjolan ke daerah
lateral disebut vesikula optic. Pulau darah terlihat beranastomosis membentuk
vena vitelin. Jantung berupa tabung yang membelok kanan.
Pada
embrio ayam yang berumur 48 jam wilayah otak terbagi menjadi telensefalon,
diensefalon dan mesensefalon , metensefalon dan mielensefaon. Vesikula optic
invaginasi membentuk cawan optic yang berdinding rangkap. Plakoda telinga
berinvaginasi membentuk vesikula telinga ( vesikula optic). Vena vitelin bergabung menjadi omfalomesentrika yang ebih besar.
Jantung berputar seperti huruf S dan sudah terbagi menjadi atrium, ventrikel,
sinus venesus dan trunkus arteriosus. Pada embrio ayam umur 27 jam, bakal
hidung terbentuk berupa lekuk hidung yaitu hasil invaginasi plakoda hidung.
Tunan sayap terbentuk tonjolan dari permukaan tubuh lateral dekat porta usus
depan.
Perkembangan
embrio adalah rangkaian kejadian yang kompleks dan terkoordinasi. Komunikasi
antara jaringan, organ, dan sistem. Konsep umum perkembangan adalah
diferensiasi, determinasi, dan induksi. Induksi merupakan proses ketika
mediator kimia melepaskan dari salah satu emrbio pengaruh morfogenik spesifik
dan menginduksi alur perkembangan khusus. Akibat dari induksi, bersamaan dengan
sel di dekatnya, jaringan dan akhirnya organ terbentuk (Bresnick, 2003).
Ayam tergolong hewan amniota, janin
mempunyai selaput embrional dinamakan amnion. Tipe telur ayam adalah
telolesitar, karena yolk sangat banyak maka dinamakan megalesital. Kandungan
yolk untuk mengantisipasi kebutuhan makanan embrio harus dipenuhi oleh tempat
telur berkembang kecuali oksigen. Ayam digunakan dalam pembelajaran embriologi
karena proses diferensiasi awal dari sistem organ dan proses dasar pembentukan
tubuhnya mudah dimengerti (Ganong, 2003). Perkembangan dimulai dengan
pembentukan sel kelamin jantan dan betina, lalu pembuahan diikuti cleavage
meliputi morula, blastula, dan gastrula serta organogenesis hingga berkembang
menjadi individu mirip induk (Odho, dkk, 2009).
BAB ll
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah mikroskop, pensil warna dan
preparat utuh embrio ayam. Pada praktikum kali ini dengan judul acara
“Perkembangan Embrio Ayam” memerlukan alat dan bahan. Alat yang digunakan pada
saat parktikum antara lain: mikroskop dan pensil warna. Mikroskop digunakan
yaitu berfungsi untuk mengamati bagian-bagian preparat embrio ayam. Dan pensil
warna digunakan yaitu berfungsi untuk menggambar hasil pengamata yang telah
diperoleh. Kemudian bahan yang digunakan dalam praktikum ini yakni menggunakan
preparat embrio ayam pada umur 18 jam, 24 jam, 33 jam, dan 60 jam
2.2 Cara Kerja
1.
melakukan
penjam, 48-56 jam dan gamatan pada embrio ayam umur 24-29 jam, 33-38 dan 72 jam
dengan diawali dengan perbesaran lemah sampai perbesaran kuat.
2.
Pada embrio
ayam utuh 24 jam, memperhatikan bagian berikut: area embrional, area pelusida,
area opaka vaskulosa, area opakavitalin, pulau daraah di area opaka vaskulosa,
lipatan kepala, proamnion, lipatan, neuran ,usus depan, portal usus depan,
somit dan daerah primitive.
3.
Embrio ayam
utuh umur inkubasi 33 jam, memperhatikan terjadinya gleksi dan torsi (
perputaran): mengamaati bagina-bagian ini: teensefalon, diensefalon,
rombensefalon, mesensefalon, lensa mata, cawan optic, visura an koroidea, porta
usus depan, sinun venosus, atrium, vertikel, trunkus arteriosus, vena dan
arteri omfalomesenterika, celah visceral, vesikula optic, faring , somit, batas
amnic, tunas ekor dan sisa daerah primitive.
4.
Embrio ayam
umur 60 jam. Memperhatikan dan mengamati telensefalon, epiphisis, vesikula
optic, lensa mata, cawan optic, fisura koroidea, celah visceral, atrium,
ventrikel, arteri vitelin, vina vetelin, tunas ekor, somit, sinus venosus.
BAB lll
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Hasil Pengamata
Usia Embrio
|
Gambar Dokumentasi
|
Gambar Tangan
|
Gambar Literatur
|
Keterangan
|
18 Jam
|
|
|
|
1. Area pelucida
2. Primitive streak
3. Head process
(future cranial part of the notocord)
4. Primitive knot
5. Primitive ridge
6. Primitive groove
|
24 Jam
|
|
|
|
1. Neuroporus
antenor
2. Lipatan kepala proamnion
3. Area opaka
vitelin
4. Area pelusida
5. Area opaka
vaskulosa
6. Keping neural
7. Somit
8. Alur primitif
9. Pulau-pulau darah
|
33 Jam
|
|
|
|
1. Prosensefalon
2. Vesikula optik
3. Infudibulum
4. Mesensefalon
5. Usus depan
6. Bulbus cordis
7. Ventrikel
8. Atrium
9. Vena vitelin
10. Porta usus depan
11. Somit
12. Spinal cord
13. Mesoderm
segmental
14. Pleksus vitelin
15. Notochord
16. Daerah Primitif
|
60 Jam
|
|
|
|
1.
Optic cups
2.
Metencephalon
3.
Diencephalon
4.
Telencephalon
5.
Rudimentary nose
6.
Rhombencelphalon
7.
Otic vesicles
8.
Gill slits
9.
Somites
10.
Heart
11.
Forelimb buds
|
BAB lV
PEMBAHASAN
Acara pada
praktikum kali adalah perkembangan embrio ayam yang bertujuan untuk Untuk
mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam. Preparat
yang digunakan untuk mengamati perkembangan embrio ayam adalah berumur 18 jam,
24 jam, 33 jam dan 60 jam. Adapun hasilnya dari praktikum kali ini akan
dijelaskan sebagai berikut:
4.1 Hasil Pengamatan
a.
Embrio Ayam Umur 24
Jam
Pada saat praktikum berlangsung, preparat pertama yang kami amti adalah
preparat embrio ayam yang berumur 24 jam. Adapun cara kerja yang harus
diperhatikan dalam mengamati preparat embrio ayam menyiapkan alatn dan bahan kemudian mulai
mengamati bagian-bagian yang ditemukan pada preparat embrio ayam 24 jam. Pada embrio
ayam yang berumur 24 jam, harus ditemukan beberapa bagian antara lain Pada
embrio ayam utuh 24 jam, memperhatikan bagian berikut: area embrional, area
pelusida, area opaka vaskulosa, area opakavitalin, pulau daraah di area opaka
vaskulosa, lipatan kepala, proamnion, lipatan, neuran ,usus depan, portal usus
depan, somit dan daerah primitive.adapun hasil dari pengamatan yang ditemukan
bagian-bagiannya Neuroporus antenor,
Lipatan kepala
proamnion, Area
opaka vitelin, Area
pelusida,
Area opaka vaskulosa, Keping neural, Somit, Alur primitif dan Pulau-pulau darah.
Pada
perkembangan embrio ayam berumur 24 jam mulai pembentukan mata somite
berkembang 1 pasang pada lateral notochord, somit berikutnya akan terbentuk
posterion dari yang pertama setiap jam, sedangkan lipatan kepala yang diikuti
oleh pembentukan usus depan. Proamnion, lipatan kepala area opaca, dan area pellucida
terlihat dengan jelas. Somite, pulau-pulau darah, batas mesoderm, dan foregout
mulai terlihat. Bentuk awal embrio pada hari pertama belum jelas terlihat, sel
benih berkembang menjadi bentuk seperti cinicn dengan bagian tepinya gelap,
sedangkan bagian tengahnya agak terang, bagian tengah ini merupakan sel benih
betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoder, setelah lebihg kurang
15 menitsetelah pembuahan, muailah terjadi pembiakan sel-sel bagian awal
perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan
embrio.
Embrio
ayam yang berumur 24 jam dapat dibedakan antara daerah intra embrional dengan
daerah ekstra embrional. Daerah ekstra embrional terdiri dari area pelusida dan
area opaka. Daerah kepala mengalami perkembangan agak cepat, namun karena
adanya daerah batas pertumbuhan (zone of
over growth), terjadi lipatan kepala (head
fold), mula-mula ke ventral lau daerah kepala agak terangkat dan melipat ke
posterior. Hal ini diikuti oleh lipatan entoderm, terbentuklah kantung buntu
sebelah anterior yang membuka ke arah kunir, disebut anterior intestinal
portal. Kantong buntu disebelah anterior adalah fore gut (usus depan), sedangkan ke sebelah posterior endoderm
masih lurus sampai ke primitive streak.
Celah di sebelah ventral kepala akibat terjadinya lipatan kepala disebut subcephalic pocket. Lapisan tepi yang
membatasi fore gut disebut margin of intestinal portal.
b.
Embrio Ayam Berumur 18 Jam
Pada saat praktikum berlangsung, preparat kedua yang kami amti adalah
preparat embrio ayam yang berumur 18 jam. Adapun cara kerja yang harus
diperhatikan dalam mengamati preparat embrio ayam menyiapkan alatn dan bahan kemudian mulai
mengamati bagian-bagian yang ditemukan pada preparat embrio ayam 18 jam. Pada
embrio ayam yang berumur 18 jam, Pada perkembangan
embrio ayam umur 18 jam terdapat fase dan pembentukan embrio ayamg yang dimana
muali terdapat tanda-tanda perkembangan embrio sudah mulai dapat diketahui.
Setelah melakukan prosedur kerja dapat ditemukan dan ditentukan hasil
pengamatan pada percobaan ini. Pada pengamatan preparat embrio ayam berumur 18
jam didapatkan hasil pengamatan yaitu terdapat bagian-bagian berupa area pelucida, primitive streak, head
process (future cranial part of the notocord), primtive knot, primitive ridge, dan primitive groove. Area pellucida
merupakan bagian pinggir yang agak gelap atau kental, dan merupakan daerah yang
sel-selnya berhubungan dengan yolk dibawah. Primitive
streak atau garis primitif merupakan struktur yang terbentuk di daerah
posterior pellucida yang tumbuh dari sel-sel epiblast yang bergerak kearah
median posterior kemudian sel-selk dalam primitive
streak tersebut memperbanyak diri. Sebagian besar daerah posterior area pellucida (bakal pre-chorda, notochord, dan mesoderm) berkonvergensi ke primitive
streak kemudian berinvolusi diantara hypoblast
dan epiblast. Head process (future cranial part of the notocord), merupakan
struktur yang seperti batang (rod)
yang padat (solid) yang terbentuk
dari beberapa sel dari nodus Hensen bermigrasi dan menumpuk didepan nodus dan
diantara ectoderm dan endoderm. Primtive
knot atau Hensen’s node terdapat
di anterior primitive pit berupa ujung yang menonjol primitive streak di anterior yang mengalami penebalan sebagai
tempat berinvaginasi bakal pre-chorda dan notochord dan sebagai gerbang lewat sel-sel
mesoderm. Primitive ridge atau
pematang primitif merupakan bagian yang pada masing-masing mengelami pematangan
dan sebagai daerah yang berdifusi membentuk keping primitif (primitive plate). Primitive groove atau biasa yang disebut lekukan primitif yang pada
bagian ini terdapat lubang ke arah posterior pada posterior nodus hensen yang
berfungsi untuk berkomunikasi pada alur ini dengan cara bukaan, blastophore,
dengan kantung kuning telur.
Pada umur 18 jam stria primitif telah mencapai
panjang maksimal, area pellucida membentuk oval, proamnion, cekungan primitif,
notochord, nodus Hensen dan lipatan kepala muali terlihat jelas. Bukan hanya
itu, pada fase embrio ayam berumur 18 jam stadium anterior dari nodus Hensen
sudah mulai berkembang dari sistem saraf yang masih berupa lekuk neeural dan
terbentuk lekukan kepala, anterior dari lipatan kepala terlihat bening.
c.Embrio Ayam Berumur 33
Jam
Pada saat praktikum
berlangsung, preparat ketiga yang kami amti adalah preparat embrio ayam yang
berumur 33 jam. Adapun cara kerja yang harus diperhatikan dalam mengamati
preparat embrio ayam menyiapkan alatn
dan bahan kemudian mulai mengamati bagian-bagian yang ditemukan pada preparat
embrio ayam 33 jam. Pada embrio ayam yang berumur 33 jam, harus ditemukan
beberapa bagian antara lain Pada embrio ayam utuh 33 jam, memperhatikan terjadinya
gleksi dan torsi ( perputaran): mengamaati bagina-bagian ini: teensefalon,
diensefalon, rombensefalon, mesensefalon, lensa mata, cawan optic, visura an
koroidea, porta usus depan, sinun venosus, atrium, vertikel, trunkus
arteriosus, vena dan arteri omfalomesenterika, celah visceral, vesikula optic,
faring , somit, batas amnic, tunas ekor dan sisa daerah primitive.
Urutan alur
pembelahan segmentasi pada ayam sama dengan pada amphioxus maupun katak. Alur
pertama yaitu meridional, kedua meridional tegak lurus pembelahan pertama,
ketiga latitudinal, keempat meridional, dan kelima latitudinal. Setelah
pembelahan kelima selesai, embrio tersusun dari 33 blastomer dan dicapai
stadium morula. Blastulasi ayam sama dengan blastulasi pada telur ikan, yaitu
dengan terbentuknya rongga segmentasi di antara sel-sel blastomer di permukaan
dengan yolk yang ada di bawahnya. Atap blastosol terdiri dari sel-sel blastomer
hasil segmentasi sebelumnya, dengan lantai permukaan yolk dan pada bagian
lateralnya terdapat zona penghubung yang terdiri dari blastomer yang berlekatan
di bawahnya. Tahap selanjutnya, yaitu gastrulasi, terjadi melalui epiboli
sel-sel permukaan, involusi dan delaminasi (Soeminto, 2000).
d. Embrio Ayam 60 Jam
Pada saat
praktikum berlangsung, preparat ketiga yang kami amti adalah preparat embrio
ayam yang berumur 33 jam. Adapun cara kerja yang harus diperhatikan dalam
mengamati preparat embrio ayam
menyiapkan alatn dan bahan kemudian mulai mengamati bagian-bagian yang
ditemukan pada preparat embrio ayam 33 jam. Pada embrio ayam yang berumur 33
jam, harus ditemukan beberapa Memperhatikan dan mengamati telensefalon,
epiphisis, vesikula optic, lensa mata, cawan optic, fisura koroidea, celah
visceral, atrium, ventrikel, arteri vitelin, vina vetelin, tunas ekor, somit,
sinus venosus. Embrio
ayam yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki ± 35 pasang somit. Embrio
mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah rhombencephalon berada di sebelah
dorsal dan telencephalon mendekati perkembangan jantung. Lipatan kepala makin
berkembang ke arah posterior, sebaliknya dengan amniotic tail fold (berkembang ke arah anterior), dan lateral body fold semakin menutup. Mata
terletak lebih ke arah kaudal dari pada otosis. Derivat neural crest berupa
pasangan ganglion saraf-saraf kranial di daerah ventro-lareral rhombencephalon
berkembang. Daerah setinggi AIP, terjadi penebalan mesoderm yang akan
berkembang menjadi upper limb bud atau wing bud, merupakan primordia sayap.
Sedangkan di daerah kauda dibentuk lower
bud yaitu primordia kaki (Yatim,
1982). Penetasan pada jam ke- 60 pada
kedua sisi embrio ayam terbentuk dua bubung yang menandakan pembentukan kaki. Perkembangan selanjutnya membentuk tunas kaki yang jelas,
kemudian berangsur-angsur diferensiasi dari bagian-bagian kaki belakang dan
depan, tulang rawan, tulang, dan otot. Penempatan yang tepat dari tunas kaki, diferensiasi
beberapa sel tunas kaki menjadi tulang rawan, dan sel lain menjadi otot,
pembentukan tunas kaki depan menjadi sayap dan tunas kaki belakang menjadi
kaki, dan pencerminan perkembangan semua struktur ini di bagian tubuh yang
berlawanan, semuanya terpusat pada regulasi morfogenesis dan diferensiasi dalam
perkembangan embrio (Yatim, 1982).
Sumbu embrio ayam dibentuk sejak gastrulasi dalam dua
tahap berurutan: pertama, stria primitiva terinduksi dan dapat dikenali sebagai
sel yang mengental pada kutub posterior embrio. Sel ini bergerak ke tengah selama
gastrulasi untuk membentuk struktur yang seperti batang yang memanjang
kira-kira tiga sampai lima dari panjang embrio. Fase kedua, selama stria
primitiva mundur di dalam daerah posterior, cikal bakal mesendodermal meningkat
melewati daerah stria primitiva yang bagian dalamnya terdapat blastocoel
menjadi lapisan mesodermal dan endodermal embrionik (Guilem et al.,
2008). Pembelahan meiosis pada tahap molekul di
embrio ayam. Organ sel germinal ayam di tempat ekstra gonal dan pindah jadi
gonad melalui pembuluh darah. Mereka menyelesaikan gonad di hari ke-6 sampai 21
hari periode inkubasi, dengan populasi sel yang lebih (Smith et al, 2008).
Ketika tahap perkembangan gastrula,
embrio mengalami regionalisasi dan morfogenesis menentukan pola perkembangan
tubuh. Mekanisme pada proses awal perkembangan ini tidak terlihat begitu jelas.
Hal ini bergantung pada interaksi induktif antara jaringan pada tahap awal
gastrula, pada hewan vertebrata tahapan awal regionaliasai dari lapisan embrio
ialah pada tahap gastrula dan derivatnya, termasuk axis mesendoderm dan prechordal plate (Davis et al. ,2008).
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Acara
pada praktikum kali ini adalah Pengamatan Bentuk-Bentuk Gamet dapat ditarik kesimpulkan
bahwa dengan mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam
bentuk gamet jantan dan betina. Pada pengamatan bentuk-bentuk gamet,
menggunakan bahan utama yaitu telur katak, telur ayam dan telur sperma yang
dapat diamati dengan mengathui bagian-bagian dari masing-masing sel telur.
Bukan hanya itu, dalam pengamatan ini juga dapat membantu dalam mengetahui
morfologo sel telur pada hewan yang sedang diamati dengan menggunakan bahan
kimia yaitu NaCl dan Cloroform. Pengamatan ini juga membahas tentang mortilitas
pada sel sperma dan sel telur yang dalam hal ini terdapat pada sistem
reprodujksi hewan. Motilitas ini menjelaskan proses atau fungsi dari sel terbut
berdsarkan letak yang ditempatinya yang berguan dala membentukan sel telur dan
membantu pembuahan sel telur. Itulah kesimpulan yang bisa di ambil dari
praktikum ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim Struktur Perkembangan Hewan. 2018.
Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Hewan. Jember : Universitas
Muhamadiyah Jember.
Balinsky, B.I. 1970. An Introduction to
Embryology. W.B. Saunder Company, London
Muslim Akmal, et all. 2015. Epididmis
Dan Perannya Pada Pematangan Spermatozoa. Diambil dari : https://media.neliti.com/media/publications/76901-ID-epididimis-dan-perannya-pada-pematangan.pdf.
Aceh : Universitas Syiah Kuala. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018, pukul
17:31 WIB.
Anonim. Diambil dari : https://dokumen.tips/documents/distribusi-yolk.html.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2018, pukul 20:48 WIB.
Yulianty Adipu, Hengky, dan Juliaan
Watung. 2011. Ratio Pengenceran Sperma Terhadap Motilitas Spermatozoa,
Fertilitas Dan Daya Tetas Ikan Lele (Clarias
sp). Diambil dari : https://media.neliti.com/media/publications/219001-none.pdf.
Manado : Universitas Sam Ratulangi. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018,
pukul 21:27 WIB.
Anonim. BAB II. Tinjauan Pustaka.
Diambil dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43852/Chapter%20II.pdf?sequence=4.
Sumatera Utara : Uivrsitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 20 Desember
2018, pukul 21:42 WIB
Izin promo ya Admin^^
BalasHapusbosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~