Jumat, 15 Februari 2019

laporan praktikum embrio ayam


LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
“PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM”




Disusun Oleh:

                                    Nama                           : khoiriyah
                                    Nim                             : 17102110008
                                    Kelompok                   : satu (1)
                                    Tanggal Praktikum      : 28 Desember 2018
                                    Tanggal Penyerahan    : 4 Januari 2018              




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019



BAB l
PENDAHULUAN
1.1  Tujuan
Untuk mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam

1.2  Dasar Teori
      Pola dasar perkembangan eves sama dengan embrio katak yaitu melalui tahap pembelahan blastula, gastrula, neurula dan organogenesis. Pembelahan aves merupakan pembelahan meroblastic artinya pembelahan hanya berlangsung dikeping lembaga saja. Dari hasil pembelahan diperolah blastoderm sebanyak 3-4 lapis sel. Blastula ayam memiliki epiblas, hipoblast dan blastosol. Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pelucida, bagian tepi yang lebih gelap disebut area opaca. Hipoblast merupakan bakal lapisan ekstra embrio.
      Gastrula aayam ditandai dengan adanyaa penebalan di daerah posterior blastoderm diarea pelusida. Penebalan ini kemudian memanjang  kearah anterior sehingga membentuk parit dengan pematangan dsebut daerah primitive (primitive streak). Gastrula ayam ini memiliki epiblast, hipoblast dan rongga archenteron.
Tahap neurula ayam mirip dengan embrio katak yaitu melalui taahap keping neural dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjut setelah terbentuk neurula. Organogenesis dapat diamati pada embrio ayam dengan umur yang berbeda.
       Embrio ayam umur 24 jam tampak lipatan neuran dan parit neural. Porta usus depan  mulai terbentuk. Terdapat juga bakal pembuluh darah yaitu pulau-pulau darah yang merupakan penebalan mesoderm splanknik diarea opaca.
            Pada embrio umur 33 jam bumbung neural telah terbagi menjadi 3 wilayah yaitu prosensefalon, mesensefalon dan rombensefalon. Pada bagian anteriornya masih terdapat neoroporus sedangkan didaerah posteriornya terdapat diwilayah terbuka disebut sinus rombiodales . di daerah prosensefalon ada penonjolan ke daerah lateral disebut vesikula optic. Pulau darah terlihat beranastomosis membentuk vena vitelin. Jantung berupa tabung yang membelok kanan.
            Pada embrio ayam yang berumur 48 jam wilayah otak terbagi menjadi telensefalon, diensefalon dan mesensefalon , metensefalon dan mielensefaon. Vesikula optic invaginasi membentuk cawan optic yang berdinding rangkap. Plakoda telinga berinvaginasi membentuk vesikula telinga ( vesikula optic). Vena vitelin bergabung  menjadi omfalomesentrika yang ebih besar. Jantung berputar seperti huruf S dan sudah terbagi menjadi atrium, ventrikel, sinus venesus dan trunkus arteriosus. Pada embrio ayam umur 27 jam, bakal hidung terbentuk berupa lekuk hidung yaitu hasil invaginasi plakoda hidung. Tunan sayap terbentuk tonjolan dari permukaan tubuh lateral dekat porta usus depan.
            Perkembangan embrio adalah rangkaian kejadian yang kompleks dan terkoordinasi. Komunikasi antara jaringan, organ, dan sistem. Konsep umum perkembangan adalah diferensiasi, determinasi, dan induksi. Induksi merupakan proses ketika mediator kimia melepaskan dari salah satu emrbio pengaruh morfogenik spesifik dan menginduksi alur perkembangan khusus. Akibat dari induksi, bersamaan dengan sel di dekatnya, jaringan dan akhirnya organ terbentuk (Bresnick, 2003).
            Ayam tergolong hewan amniota, janin mempunyai selaput embrional dinamakan amnion. Tipe telur ayam adalah telolesitar, karena yolk sangat banyak maka dinamakan megalesital. Kandungan yolk untuk mengantisipasi kebutuhan makanan embrio harus dipenuhi oleh tempat telur berkembang kecuali oksigen. Ayam digunakan dalam pembelajaran embriologi karena proses diferensiasi awal dari sistem organ dan proses dasar pembentukan tubuhnya mudah dimengerti (Ganong, 2003). Perkembangan dimulai dengan pembentukan sel kelamin jantan dan betina, lalu pembuahan diikuti cleavage meliputi morula, blastula, dan gastrula serta organogenesis hingga berkembang menjadi individu mirip induk (Odho, dkk, 2009).









BAB ll
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah mikroskop, pensil warna dan preparat utuh embrio ayam. Pada praktikum kali ini dengan judul acara “Perkembangan Embrio Ayam” memerlukan alat dan bahan. Alat yang digunakan pada saat parktikum antara lain: mikroskop dan pensil warna. Mikroskop digunakan yaitu berfungsi untuk mengamati bagian-bagian preparat embrio ayam. Dan pensil warna digunakan yaitu berfungsi untuk menggambar hasil pengamata yang telah diperoleh. Kemudian bahan yang digunakan dalam praktikum ini yakni menggunakan preparat embrio ayam pada umur 18 jam, 24 jam, 33 jam, dan 60 jam
2.2 Cara Kerja
1.      melakukan penjam, 48-56 jam dan gamatan pada embrio ayam umur 24-29 jam, 33-38 dan 72 jam dengan diawali dengan perbesaran lemah sampai perbesaran kuat.
2.      Pada embrio ayam utuh 24 jam, memperhatikan bagian berikut: area embrional, area pelusida, area opaka vaskulosa, area opakavitalin, pulau daraah di area opaka vaskulosa, lipatan kepala, proamnion, lipatan, neuran ,usus depan, portal usus depan, somit dan daerah primitive.
3.      Embrio ayam utuh umur inkubasi 33 jam, memperhatikan terjadinya gleksi dan torsi ( perputaran): mengamaati bagina-bagian ini: teensefalon, diensefalon, rombensefalon, mesensefalon, lensa mata, cawan optic, visura an koroidea, porta usus depan, sinun venosus, atrium, vertikel, trunkus arteriosus, vena dan arteri omfalomesenterika, celah visceral, vesikula optic, faring , somit, batas amnic, tunas ekor dan sisa daerah primitive.
4.      Embrio ayam umur 60 jam. Memperhatikan dan mengamati telensefalon, epiphisis, vesikula optic, lensa mata, cawan optic, fisura koroidea, celah visceral, atrium, ventrikel, arteri vitelin, vina vetelin, tunas ekor, somit, sinus venosus.


BAB lll
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Hasil Pengamata
Usia Embrio
Gambar Dokumentasi
Gambar Tangan
Gambar Literatur
Keterangan
18 Jam
Text Box: 5Text Box: 6Text Box: 4Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1

1.      Area pelucida
2.      Primitive streak
3.      Head process (future cranial part of the notocord)
4.      Primitive knot
5.      Primitive ridge
6.      Primitive groove

24 Jam
Text Box: 9Text Box: 8Text Box: 7Text Box: 6Text Box: 5Text Box: 4Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1

1.    Neuroporus antenor
2.     Lipatan kepala proamnion
3.    Area opaka vitelin
4.    Area pelusida
5.    Area opaka vaskulosa
6.    Keping neural
7.    Somit
8.    Alur primitif
9.    Pulau-pulau darah


33 Jam
Text Box: 16Text Box: 15Text Box: 14Text Box: 13Text Box: 12Text Box: 11Text Box: 10Text Box: 9Text Box: 8Text Box: 7Text Box: 6Text Box: 5Text Box: 4Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1

1.    Prosensefalon
2.    Vesikula optik
3.    Infudibulum
4.    Mesensefalon
5.    Usus depan
6.    Bulbus cordis
7.    Ventrikel
8.    Atrium
9.    Vena vitelin
10.    Porta usus depan
11.    Somit
12.    Spinal cord
13.    Mesoderm segmental
14.    Pleksus vitelin
15.    Notochord
16.    Daerah Primitif
60 Jam
Text Box: 10Text Box: 11Text Box: 9Text Box: 8Text Box: 7Text Box: 6Text Box: 4Text Box: 5Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1

1.    Optic cups
2.    Metencephalon
3.    Diencephalon
4.    Telencephalon
5.    Rudimentary nose
6.    Rhombencelphalon
7.    Otic vesicles
8.    Gill slits
9.    Somites
10.     Heart
11.     Forelimb buds


BAB lV
PEMBAHASAN
      Acara pada praktikum kali adalah perkembangan embrio ayam yang bertujuan untuk Untuk mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam. Preparat yang digunakan untuk mengamati perkembangan embrio ayam adalah berumur 18 jam, 24 jam, 33 jam dan 60 jam. Adapun hasilnya dari praktikum kali ini akan dijelaskan sebagai berikut:
4.1  Hasil Pengamatan
a.    Embrio Ayam Umur 24 Jam
                        Pada saat praktikum berlangsung, preparat pertama yang kami amti adalah preparat embrio ayam yang berumur 24 jam. Adapun cara kerja yang harus diperhatikan dalam mengamati preparat embrio ayam  menyiapkan alatn dan bahan kemudian mulai mengamati bagian-bagian yang ditemukan pada preparat embrio ayam 24 jam. Pada embrio ayam yang berumur 24 jam, harus ditemukan beberapa bagian antara lain Pada embrio ayam utuh 24 jam, memperhatikan bagian berikut: area embrional, area pelusida, area opaka vaskulosa, area opakavitalin, pulau daraah di area opaka vaskulosa, lipatan kepala, proamnion, lipatan, neuran ,usus depan, portal usus depan, somit dan daerah primitive.adapun hasil dari pengamatan yang ditemukan bagian-bagiannya Neuroporus antenor,  Lipatan kepala proamnion, Area opaka vitelin, Area pelusida, Area opaka vaskulosa, Keping neural, Somit, Alur primitif dan Pulau-pulau darah.
Pada perkembangan embrio ayam berumur 24 jam mulai pembentukan mata somite berkembang 1 pasang pada lateral notochord, somit berikutnya akan terbentuk posterion dari yang pertama setiap jam, sedangkan lipatan kepala yang diikuti oleh pembentukan usus depan. Proamnion, lipatan kepala area opaca, dan area pellucida terlihat dengan jelas. Somite, pulau-pulau darah, batas mesoderm, dan foregout mulai terlihat. Bentuk awal embrio pada hari pertama belum jelas terlihat, sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cinicn dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang, bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoder, setelah lebihg kurang 15 menitsetelah pembuahan, muailah terjadi pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio.
Embrio ayam yang berumur 24 jam dapat dibedakan antara daerah intra embrional dengan daerah ekstra embrional. Daerah ekstra embrional terdiri dari area pelusida dan area opaka. Daerah kepala mengalami perkembangan agak cepat, namun karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone of over growth), terjadi lipatan kepala (head fold), mula-mula ke ventral lau daerah kepala agak terangkat dan melipat ke posterior. Hal ini diikuti oleh lipatan entoderm, terbentuklah kantung buntu sebelah anterior yang membuka ke arah kunir, disebut anterior intestinal portal. Kantong buntu disebelah anterior adalah fore gut (usus depan), sedangkan ke sebelah posterior endoderm masih lurus sampai ke primitive streak. Celah di sebelah ventral kepala akibat terjadinya lipatan kepala disebut subcephalic pocket. Lapisan tepi yang membatasi fore gut disebut margin of intestinal portal.
b. Embrio Ayam Berumur 18 Jam
Pada saat praktikum berlangsung, preparat kedua yang kami amti adalah preparat embrio ayam yang berumur 18 jam. Adapun cara kerja yang harus diperhatikan dalam mengamati preparat embrio ayam  menyiapkan alatn dan bahan kemudian mulai mengamati bagian-bagian yang ditemukan pada preparat embrio ayam 18 jam. Pada embrio ayam yang berumur 18 jam, Pada perkembangan embrio ayam umur 18 jam terdapat fase dan pembentukan embrio ayamg yang dimana muali terdapat tanda-tanda perkembangan embrio sudah mulai dapat diketahui. Setelah melakukan prosedur kerja dapat ditemukan dan ditentukan hasil pengamatan pada percobaan ini. Pada pengamatan preparat embrio ayam berumur 18 jam didapatkan hasil pengamatan yaitu terdapat bagian-bagian berupa area pelucida, primitive streak, head process (future cranial part of the notocord), primtive knot, primitive ridge, dan primitive groove. Area pellucida merupakan bagian pinggir yang agak gelap atau kental, dan merupakan daerah yang sel-selnya berhubungan dengan yolk dibawah. Primitive streak atau garis primitif merupakan struktur yang terbentuk di daerah posterior pellucida yang tumbuh dari sel-sel epiblast yang bergerak kearah median posterior kemudian sel-selk dalam primitive streak tersebut memperbanyak diri. Sebagian besar daerah posterior area pellucida (bakal pre-chorda, notochord, dan mesoderm) berkonvergensi ke primitive streak kemudian berinvolusi diantara hypoblast dan epiblast. Head process (future cranial part of the notocord), merupakan struktur yang seperti batang (rod) yang padat (solid) yang terbentuk dari beberapa sel dari nodus Hensen bermigrasi dan menumpuk didepan nodus dan diantara ectoderm dan endoderm. Primtive knot atau Hensen’s node terdapat di anterior primitive pit berupa ujung yang menonjol primitive streak di anterior yang mengalami penebalan sebagai tempat berinvaginasi bakal pre-chorda dan notochord dan sebagai gerbang lewat sel-sel mesoderm. Primitive ridge atau pematang primitif merupakan bagian yang pada masing-masing mengelami pematangan dan sebagai daerah yang berdifusi membentuk keping primitif (primitive plate). Primitive groove atau biasa yang disebut lekukan primitif yang pada bagian ini terdapat lubang ke arah posterior pada posterior nodus hensen yang berfungsi untuk berkomunikasi pada alur ini dengan cara bukaan, blastophore, dengan kantung kuning telur.
 Pada umur 18 jam stria primitif telah mencapai panjang maksimal, area pellucida membentuk oval, proamnion, cekungan primitif, notochord, nodus Hensen dan lipatan kepala muali terlihat jelas. Bukan hanya itu, pada fase embrio ayam berumur 18 jam stadium anterior dari nodus Hensen sudah mulai berkembang dari sistem saraf yang masih berupa lekuk neeural dan terbentuk lekukan kepala, anterior dari lipatan kepala terlihat bening.
c.Embrio Ayam Berumur 33 Jam
                        Pada saat praktikum berlangsung, preparat ketiga yang kami amti adalah preparat embrio ayam yang berumur 33 jam. Adapun cara kerja yang harus diperhatikan dalam mengamati preparat embrio ayam  menyiapkan alatn dan bahan kemudian mulai mengamati bagian-bagian yang ditemukan pada preparat embrio ayam 33 jam. Pada embrio ayam yang berumur 33 jam, harus ditemukan beberapa bagian antara lain Pada embrio ayam utuh 33 jam, memperhatikan terjadinya gleksi dan torsi ( perputaran): mengamaati bagina-bagian ini: teensefalon, diensefalon, rombensefalon, mesensefalon, lensa mata, cawan optic, visura an koroidea, porta usus depan, sinun venosus, atrium, vertikel, trunkus arteriosus, vena dan arteri omfalomesenterika, celah visceral, vesikula optic, faring , somit, batas amnic, tunas ekor dan sisa daerah primitive.
Urutan alur pembelahan segmentasi pada ayam sama dengan pada amphioxus maupun katak. Alur pertama yaitu meridional, kedua meridional tegak lurus pembelahan pertama, ketiga latitudinal, keempat meridional, dan kelima latitudinal. Setelah pembelahan kelima selesai, embrio tersusun dari 33 blastomer dan dicapai stadium morula. Blastulasi ayam sama dengan blastulasi pada telur ikan, yaitu dengan terbentuknya rongga segmentasi di antara sel-sel blastomer di permukaan dengan yolk yang ada di bawahnya. Atap blastosol terdiri dari sel-sel blastomer hasil segmentasi sebelumnya, dengan lantai permukaan yolk dan pada bagian lateralnya terdapat zona penghubung yang terdiri dari blastomer yang berlekatan di bawahnya. Tahap selanjutnya, yaitu gastrulasi, terjadi melalui epiboli sel-sel permukaan, involusi dan delaminasi (Soeminto, 2000).
d. Embrio Ayam 60 Jam
                        Pada saat praktikum berlangsung, preparat ketiga yang kami amti adalah preparat embrio ayam yang berumur 33 jam. Adapun cara kerja yang harus diperhatikan dalam mengamati preparat embrio ayam  menyiapkan alatn dan bahan kemudian mulai mengamati bagian-bagian yang ditemukan pada preparat embrio ayam 33 jam. Pada embrio ayam yang berumur 33 jam, harus ditemukan beberapa Memperhatikan dan mengamati telensefalon, epiphisis, vesikula optic, lensa mata, cawan optic, fisura koroidea, celah visceral, atrium, ventrikel, arteri vitelin, vina vetelin, tunas ekor, somit, sinus venosus. Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki ± 35 pasang somit. Embrio mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah rhombencephalon berada di sebelah dorsal dan telencephalon mendekati perkembangan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior, sebaliknya dengan amniotic tail fold (berkembang ke arah anterior), dan lateral body fold semakin menutup. Mata terletak lebih ke arah kaudal dari pada otosis. Derivat neural crest berupa pasangan ganglion saraf-saraf kranial di daerah ventro-lareral rhombencephalon berkembang. Daerah setinggi AIP, terjadi penebalan mesoderm yang akan berkembang menjadi upper limb bud atau wing bud, merupakan primordia sayap. Sedangkan di daerah kauda dibentuk lower bud yaitu primordia kaki (Yatim, 1982).  Penetasan pada jam ke- 60 pada kedua sisi embrio ayam terbentuk dua bubung yang menandakan pembentukan kaki. Perkembangan selanjutnya membentuk tunas kaki yang jelas, kemudian berangsur-angsur diferensiasi dari bagian-bagian kaki belakang dan depan, tulang rawan, tulang, dan otot. Penempatan yang tepat dari tunas kaki, diferensiasi beberapa sel tunas kaki menjadi tulang rawan, dan sel lain menjadi otot, pembentukan tunas kaki depan menjadi sayap dan tunas kaki belakang menjadi kaki, dan pencerminan perkembangan semua struktur ini di bagian tubuh yang berlawanan, semuanya terpusat pada regulasi morfogenesis dan diferensiasi dalam perkembangan embrio (Yatim, 1982).
Sumbu embrio ayam dibentuk sejak gastrulasi dalam dua tahap berurutan: pertama, stria primitiva terinduksi dan dapat dikenali sebagai sel yang mengental pada kutub posterior embrio. Sel ini bergerak ke tengah selama gastrulasi untuk membentuk struktur yang seperti batang yang memanjang kira-kira tiga sampai lima dari panjang embrio. Fase kedua, selama stria primitiva mundur di dalam daerah posterior, cikal bakal mesendodermal meningkat melewati daerah stria primitiva yang bagian dalamnya terdapat blastocoel menjadi lapisan mesodermal dan endodermal embrionik (Guilem et al., 2008). Pembelahan meiosis pada tahap molekul di embrio ayam. Organ sel germinal ayam di tempat ekstra gonal dan pindah jadi gonad melalui pembuluh darah. Mereka menyelesaikan gonad di hari ke-6 sampai 21 hari periode inkubasi, dengan populasi sel yang lebih (Smith et al, 2008).
       Ketika tahap perkembangan gastrula, embrio mengalami regionalisasi dan morfogenesis menentukan pola perkembangan tubuh. Mekanisme pada proses awal perkembangan ini tidak terlihat begitu jelas. Hal ini bergantung pada interaksi induktif antara jaringan pada tahap awal gastrula, pada hewan vertebrata tahapan awal regionaliasai dari lapisan embrio ialah pada tahap gastrula dan derivatnya, termasuk axis mesendoderm dan prechordal plate (Davis et al. ,2008).



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Acara pada praktikum kali ini adalah Pengamatan Bentuk-Bentuk Gamet dapat ditarik kesimpulkan bahwa dengan mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam bentuk gamet jantan dan betina. Pada pengamatan bentuk-bentuk gamet, menggunakan bahan utama yaitu telur katak, telur ayam dan telur sperma yang dapat diamati dengan mengathui bagian-bagian dari masing-masing sel telur. Bukan hanya itu, dalam pengamatan ini juga dapat membantu dalam mengetahui morfologo sel telur pada hewan yang sedang diamati dengan menggunakan bahan kimia yaitu NaCl dan Cloroform. Pengamatan ini juga membahas tentang mortilitas pada sel sperma dan sel telur yang dalam hal ini terdapat pada sistem reprodujksi hewan. Motilitas ini menjelaskan proses atau fungsi dari sel terbut berdsarkan letak yang ditempatinya yang berguan dala membentukan sel telur dan membantu pembuahan sel telur. Itulah kesimpulan yang bisa di ambil dari praktikum ini.



















DAFTAR PUSTAKA

Tim Struktur Perkembangan Hewan. 2018. Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Hewan. Jember : Universitas Muhamadiyah Jember.
Balinsky, B.I. 1970. An Introduction to Embryology. W.B. Saunder Company, London
Muslim Akmal, et all. 2015. Epididmis Dan Perannya Pada Pematangan Spermatozoa. Diambil dari : https://media.neliti.com/media/publications/76901-ID-epididimis-dan-perannya-pada-pematangan.pdf. Aceh : Universitas Syiah Kuala. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018, pukul 17:31 WIB.
Anonim. Diambil dari : https://dokumen.tips/documents/distribusi-yolk.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018, pukul 20:48 WIB.
Yulianty Adipu, Hengky, dan Juliaan Watung. 2011. Ratio Pengenceran Sperma Terhadap Motilitas Spermatozoa, Fertilitas Dan Daya Tetas Ikan Lele (Clarias sp). Diambil dari : https://media.neliti.com/media/publications/219001-none.pdf. Manado : Universitas Sam Ratulangi. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018, pukul 21:27 WIB.
Anonim. BAB II. Tinjauan Pustaka. Diambil dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43852/Chapter%20II.pdf?sequence=4. Sumatera Utara : Uivrsitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018, pukul 21:42 WIB














           


           


    









           

1 komentar:

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus